(Sejumlah narasumber yakni Angga Prathama selaku Sustainable Palm Oil Leader WWF Indonesia (kedua dari kiri), Meidy Mahardani selaku Kepala Bidang ILMATE Disperindag Jabar (ketiga dari kiri) dan Siska Nirmala selaku Owner Toko Nol Sampah (paling pojok sebelah kanan) memberikan materi edukasi lingkungan dalam seminar bertema ” Walk The Talk With WWF ‘ Kenalan Yuk Dengan Produk Ramah Lingkungan‘” pada Sabtu (20/1/2024)/ Syauqi Fatah M)
Aplikasi gaya hidup ramah lingkungan ternyata masih menjadi tantangan kaum muda di Kota Bandung saat ini. Sehingga upaya edukasi berkelanjutan perlu terus dikampanyekan.
Berlokasi di One Eighty Caffe and Music, Jalan Ganesa, Kota Bandung pada Sabtu (20/1/2024). Sejumlah narasumber turut memberikan ruang diskusi dalam seminar bertema ” Walk The Talk With WWF ‘ Kenalan Yuk Dengan Produk Ramah Lingkungan'”. Adapun sejumlah narasumber itu yakni Siska Nirmala (Owner Toko Nol Sampah),kemudian Angga Prathama ( Sustainable Palm Oil Leader WWF Indonesia), serta Meidy Mahardani (Kepala Bidang ILMATE Disperindag Jabar).
Dalam seminar itu, Angga menilai komoditas berupa minyak sawit masih tercatat sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) nomor satu dalam skala nasional. Sehingga manfaat berkepanjangan harus dirasakan dalam berbagai sektor.
” Persoalan ramah lingkungan, harus jadi perhatian, khususnya minyak sawit itu enggak sekedar soal menjaga kelestarian di hulu atau hutan. Namun Juga Ekosistemnya,” tutur Angga dalam kegiatan tersebut.
Dengan artian, secara singkat, berbicara soal sustainaible palm oil itu juga mencakup perhatian proses hulu ke hilir sebagai suatu ekosistem. Dimana hutan sebagai tempat tumbuhan dan satwa tak terganggu, tak adanya konflik adat di wilayah tersebut, hingga indikator ekonominya, atau keberlangsungan bisnis dan hasilnya.
Ungkapan senada juga disampaikan pihak Disperindag Jabar. Menurutnya, kampanye dan edukasi soal manfaat produk ramah lingkungan juga harus terus dilakukan kepada masyarakat luas. Sehingga mereka menjadi bagian market yang diharapkan atau konsumen cerdas.
“Sekarang ini mungkin masyarakat lebih familiar kepada produk-produk halal. Sehingga untuk lebih maslahat, edukasi soal pentingnya produk ramah lingkungan juga harus terus dikampanyekan,” tutur Angga, selaku Kepala Bidang ILMATE Disperindag Jabar.
Sementara itu, pelaku usaha sekaligus pegiat lingkungan, Siska menilai peluang green bisnis sebagai bagian support sistem gaya hidup ramah lingkungan dinilai masih terbuka. Meskipun hal itu membutuhkan upaya dan kerja keras.
“Sejauh ini ada produsen yang ragu soal segmentasi pasar. tapi rata-rata segmen pasarnya terbentuk, dan itu tentu memerlukan proses. Sehingga meningkatnya kesadaran gaya hidup zero waste tentu akan berdampak pada peluang dan kebutuhan ekonominya.” ungkap Siska.
Siska menilai, gaya hidup zero waste di Kota Bandung sejauh ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dan upaya pembentukan itu tentu dimulai dengan hal-hal sederhana yang berkelanjutan.
“Sekarang saya sangat senang dan apresiatif dengan gaya hidup generasi milenial dan gen Z yang tak asing dengan tumbler dan tempat makan. Dulu untuk hal itu saja perlu kampanya luar biasa. Tapi sekarang kebiasaan itu sudah terasa menjadi bagian gaya hidup anak muda,” ujar Siska.