Agar Generasi Muda Tak Terjerat  Cekikan  “Pinjol”

(ilustrasi: M Ilyas A)

Menahan diri dari hasrat pinjaman online yang  mudah dan  praktis   harus menjadi perhatian generasi muda saat ini. Meskipun kondisi menjerat secara paksa, anak muda tetap harus  bersikap solutif dengan segala potensi yang  ada, tanpa menambah masalah yang baru.

Suasana kelam  seakan  menyelimuti  wawancara ringan yang dilakukan HIPPMI dengan salah satu  narasumber, kalangan  mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berinisial MAN. Jauh  hari sebelum  mendapat titel mahasiswa, ia sempat terjerat  cekikan  bunga utang  yang  membengkak, saat tempo angsuran bulanan pinjaman online (pinjol) telat dibayarnya.

Cerita bermula, kala mahasiswa berinisial  MAN (18)  membuka usaha online, beberapa tahun lalu. Saat itu,  ia membuka usaha jual beli online album K-Pop, mengingat  trend K-Pop di kalangan  anak muda menjadi peluang bisnis yang menguntungkan dengan menjual album ataupun atributnya.  MAN membeli produk dari seller (penjual) yang mempunyai supplier produk langsung dari Korea, kemudian produk tersebut dijual ke orang-orang melalui platform Twitter.

Sialnya, setelah  melakukan  beberapa kali transaksi  pengadaan barang, ia akhirnya menjadi  korban penipuan. Dimana  setelah  mengirim uang, berbagai  barang yang dipesannya tak  kunjung datang.

“Waktu  itu  saya  tak  menaruh curiga,  mengingat beberapa transaksi sebelumnya selalu aman, Tapi anehnya, dengan uang transaksi yang cukup besar hingga mencapai Rp 3 juta. Dimana setelah uang dikirim duluan, namun barang tak kunjung dikirim, bahkan  setelah beberapa bulan, penjual itu kemudian memutus komunikasi,” ujar  Mahasiswa  kelahiran Sukabumi  saat ditemui HIPPMI beberapa waktu lalu.

Alhasil, MAN pun  jadi sasaran  komplen pembelinya, ciutan komplen berhamburan mendatangi, karena pesanan tak kunjung datang ke rumah mereka. Di kondisi kisruh tersebut, ia tak bisa berbuat banyak menanggapi keluhan konsumen. Mengingat bisnis yang dijalaninya saat itu menggunakan  sistem Pre-Order (PO). Dimana.MAN selalu bertransaksi dengan seller menggunakan uang konsumen yang sudah ada, atau  membeli produk tanpa modal.

“Saya memesan 150 album. Bulan pertama sudah dikirim dan sudah sampai, tapi sisa 50 album lagi ngga dikirim-kirim. Penjualnya sulit untuk dihubungi. Awalnya saya pikir mungkin sedang overload di warehouse (gudang)-nya atau di bea cukainya, ternyata enggak. Tiga bulan menunggu dan penjualnya selalu bikin alibi baru.” Ungkap MAN

Sebelum  memutuskan  mengamini layanan  pinjol,  MAN yang kala itu masih berstatus pelajar SMA  tak bisa berbuat banyak  dalam  menindaklanjuti penipuan melalui jalur hukum. Yang teringatnya  saat  itu, ia harus mengganti uang konsumen dalam waktu yang singkat sehingga tidak ada cara lain yang instan selain pinjol.

“Awalnya saya pikir mungkin saya cari kerja aja, jualan di sekolah, ataupun menabung. Tapi karena kerugian tersebut harus segera di bayar ke konsumen, tidak bisa menunggu waktu lama sampai uangnya terkumpul, karena sudah banyak komplain juga, akhirnya ya terpaksa pinjol.” Ungkap MAN.

Cekikan Bunga Yang Membelit Dari Sekolah Hingga Perguruan Tinggi

Sejumlah penelitian menyebutkan jika utang berkaitan dengan kondisi dan depresi kecemasan seseorang. Lansiran dari laman hallodoc.com, Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Nottingham, Jhon Gathergood menemukan bahwa mereka yang berjuang untuk melunasi utang bisa mengalami kesalahan mental, depresi dan kecemasan yang parah dua kali lebih besar.

Perasaan cemas dapat hadir dengan berbagai pemicu, seperti kekhawatiran terus-menerus tentang uang, mengalami perasaan kewalahan luar biasa dan keputusasaan. Hal senada pun dialami MAN saat itu, Ia sangat  khawatir jika hutangnya tidak terbayar, rumahnya akan didatangi debt collector. Bahkan karena MAN sering terlambat membayar, dia sering ditelepon oleh debt collector sehingga sangat mengganggu kesehariannya. Hal itu selalu membuat MAN menjadi tidak tenang, khawatir, takut, dan tidak bisa menjalankan karir pendidikannya dengan fokus.

“Uang jajan selalu terpotong untuk membayar cicilan hutang, jadi stress juga kepikiran takut ngga kebayar takut ada sanksi yang lebih berat. Lumayan bikin berat badan turun 5 kg karena banyak pikiran.” tutur MAN

Bila dikalkulasikan, nominal pinjaman untuk menutupi kasus penipuan yang dialami oleh MAN adalah sebesar Rp tiga juta, namun karena MAN menggunakan pinjol ditambah dengan bunganya, kerugiannya mencapai Rp lima juta lebih. Adapun pembayaran angsuran per bulannya yakni Rp 250 ribu dalam kurun waktu satu tahun. Namun karena sering telat membayar, cicilan setoran,semakin membengkak, seiring tambahan bunga setiap bulannya. Sehingga pinjaman tersebut baru bisa dilunasinya selama dua tahun. Terhitung masa SMA, kisaran Desember 2021 hingga November 2023 ketika sudah masuk kuliah semester satu.

Untuk mampu melunasi utangnya, ia sempat bekerja menjadi kasir salah satu minimarket, sembari terus menjalani usaha onlinenya, menjual album K-Pop dengan mencari sumber pengadaan yang berbeda.Gaji dan hasil penjualan itu kemudian digunakan untuk membayar cicilan hutang pinjol setiap bulannya. Sampai tagihannya selesai saat dia sudah berada di bangku kuliah.

Meski mensyukuri beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dalam biaya perkuliahan, namun sebelumnya, saat utang belum terlunasi, ketenangan dalam menjalani studi tak didapatkannya.

“Sebisa mungkin, yang namanya pinjaman online memang harus dihindari. Tapi kalau memang terjebak, ya mau tidak mau harus dihadapi. Tapi dengan tanggungjawab dan perhitungan, juga. Dan buat teman-teman yang masih terjebak dalam kondisi ini, saya minta tetap semangat dan berjuang untuk keluar dari persoalan tersebut,” pungkasnya.

Saatnya Berlindung Dari Godaan Pinjol

Berdasarkan informasi yang dihimpun HIPPMI dari berbagai sumber, keberadaan pinjol cenderung belum disikapi secara dewasa oleh masyarakat luas, khususnya kalangan muda.Sehingga kegitatan mengedukasi diri harus terus dilakukan dengan mencari tahu apa itu pinjol, berapa bunganya, berapa lama tenornya, apakah legal atau ilegal, dan yang terpenting membaca syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh aplikasi supaya tidak terjerumus kedalam pinjol.

“Pinjol legal mau pun ilegal itu berbahaya, begitu mendownload aplikasi semua isi di handphone pen-download dapat di akses oleh aplikasi itu, melalui perizinan sebelum menggunakan aplikasi tersebut, seperti izin mengakses kontak, galeri, kamera, dll, hal itulah yang dijadikan senjata untuk menagih,” papar narasumber dari lembaga advokasi, KHNA (Kantor Hukum Nenggala Alugoro) dalam penelitian kualitatif sejumlah Mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, FPSD, Universitas Pendidikan Indonesia berjudul ‘Attack On Pinjol: Siapa Yang Salah Antara Pinjol dan Debitur’, 2002 lalu.

Mengutip dari media Liputan6.com, sebanyak 25 orang bunuh diri karena pinjol, bank keliling, dan bank emok hingga 16 Desember 2023. Jumlah ini yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Paparan data tersebut tentunya  bisa menjadi pelajaran bagi sobat HIPPMI.

Melihat kembali bagaimana hutang pinjol itu bisa terlahir karena berbagai macam sebab. Ada orang yang menggunakannya karena kebutuhan mendesak sedangkan dia tidak mempunyai uang sama sekali, ada orang yang menggunakannya untuk modal usaha dan usaha itu juga akan melahirkan dua kemungkinan: usaha itu berhasil dan dia bisa membayar hutangnya atau usaha itu gagal sehingga dia tidak akan bisa membayar hutangnya, dan ada juga orang yang menggunakannya untuk hal-hal konsumtif yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan.

Resiko utang akan selalu membuat peminjam uang merasa takut, khawatir, dan merasa terberatkan dengan bunga yang ada. Oleh karenanya, sebisa mungkin kita harus menghindari dan mencegah adanya ‘hutang’ baik itu dari pinjol ataupun pinjaman lainnya. Gaya hidup hedonisme dan konsumtif juga harus kita hindari yang akan menyebabkan banyaknya pengeluaran. Banyak sekali orang yang ingin meningkatkan gaya hidupnya tetapi melalui pinjaman online. Tentu hal-hal yang konsumtif tidak akan menghasilkan uang, lalu darimana kita bisa membayar hutang untuk gaya hidup kita bila tidak ada jalan atau cara untuk menghasilkan uang untuk membayar hutang tersebut? Hal tersebut tentu akan mempengaruhi psikologis yang sangat signifikan bahkan bisa menyebabkan terjadinya bunuh diri.

Kita harus menanamkan sifat sabar dalam diri kita. Ketika mempunyai sesuatu yang diinginkan, raihlah dengan cara yang halal, dengan bekerja, buka usaha, ataupun menabung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *